A. PENGERTIAN
TAUBAT
Secara
Bahasa taubat berasal bahasa Arab taaba – yatuubu – taubatan yang
berarti kembali. Sedangkan menurut istilah taubat adalah kembalinya
seorang hamba kepada Allah dari segala perbuatan dosa yang pernah dilakukan,
baik secara sengaja atau tidak sengaja, dahulu, sekarang dan yang akan datang. Dari
makna tersebut bisa kita pahami bahwa dengan bertaubat secara sungguh-sungguh
dan tidak akan mengulangi lagi perbuatan dosa, maka segala dosa-dosa yang
pernah dilakukan akan hilang atas ampunan dari Allah swt.
Dosa-dosa kecil bisa dihapus dengan amalan-amalan saleh, sedangkan dosa-dosa
besar seperti syirik, zina, membunuh dan lainnya hanya bisa dihapus dengan
taubat, sebagaimana Firman Allah berikut :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ
بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى
إِثْماً عَظِيماً
Artinya : Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia
Mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia Kehendaki.
Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang
besar. (An-Nisaa : 48).
Dengan demikian,
taubat memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan seorang hamba dalam
perbaikan dirinya untuk menjadi hamba yang lebih baik. Syech al-Nawawi
mengatakan bahwa, jika dosa yang
dilakukan itu berada dalam koridor hubungannya dengan Allah swt, maka ada tiga
syarat yang harus dipenuhi agar taubatnya diterima, yaitu :
1. Meninggalkan perbuatan dosa.
2. Menyesal
karena telah melakukan dosa
3. Berjanji
untuk tidak mengulangi berbuat dosa lagi.
Selanjutnya beliau mengatakan. jika dosa yang dilakukan itu terhadap sesama manusia, maka harus ditambah dengan syarat yang ke-empat, yaitu mengembalikan atau memenuhi hak orang yang disakiti, misalnya dengan cara minta maaf.
Taubat harus
dilakukan dengan segera tanpa menunggu ajal menjelang. Taubat yang dilakukan
ketika nyawa sudah dikerongkongan merupakan taubat yang sia-sia, sebagaimana
telah Firman Allah Swt. :
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ
السُّوَءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ فَأُوْلَـئِكَ يَتُوبُ اللّهُ
عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللّهُ عَلِيماً حَكِيماً. وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ
السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الآنَ
وَلاَ الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُوْلَـئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَاباً
أَلِيما.
Artinya : "Sesungguhnya
taubat di sisi Allah swt, hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan
kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera.
Maka, mereka itulah yang diterima Allah swt, taubatnya; dan Allah swt, Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah swt,
dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal
kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya
bertaubat sekarang’. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati
sedangkan mereka didalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan
siksa yang pedih". (an-Nisaa : 17-18).
Dalam hadis
sahih riwayat Muslim, Rasulullah Saw. bersabda : "Wahai manusia, bertaubatlah
kalian kepada Allah Swt. dan mintalah ampunan-Nya, karena aku pun bertaubat
kepada-Nya dalam sehari, seratus kali." (HR. Muslim).
Ketika seseorang
telah bertaubat, maka hatinya akan bersih, bersih dari segala sifat-sifat yang
bisa membawanya ke jurang Neraka. Taubat juga merupakan sumber kedamaian dan
ketenangan hati. Dari ketenangan itu diharapkan akan muncul solusi dari segala
problematika hidup yang kita hadapi.
B. SYARAT TAUBAT YANG DITERIMA
Memang manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Namun
manusia yang terbaik bukanlah manusia yang tidak pernah melakukan dosa sama
sekali, akan tetapi manusia yang ketika dia berbuat kesalahan dia langsung
memperbaiki kekeliruannya dan bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benar
taubat. Taubat bukan hanya sesaat, tetapi diiringi niat hati untuk tidak mengulang
dosa kembali.
Adapun taubat yang diterima oleh Allah Swt. tentu
taubat yang memenuhi persyaratan, yaitu sebagai berikut :
1. Menyesal
(nadam)
2. Berhenti
dari dosa
3. Bertekad
untuk tidak mengulanginya.
Taubat tidaklah
ada tanpa didahului dengan nadam (penyesalan) terhadap dosa yang telah dilakukan. Bagi yang tidak punya rasa menyesal,
menunjukkan bahwa ia senang dengan perbuatan dosa dan menjadi indikasi bahwa ia
akan terus-menerus melakukannya. Mungkinkah kita percaya bahwa seseorang itu
bertaubat, sementara dia dengan ridha masih terus melakukan perbuatan dosa?
Untuk
bertaubat seseorang hendaklah membangun tekad yang kuat di atas keikhlasan,
kesungguhan niat serta tidak main-main. Bahkan ada sebagian ulama yang
menambahkan syarat yang keempat, yaitu tidak mengulangi perbuatan dosa
tersebut. Sebab kapan saja seseorang mengulangi perbuatan dosanya, maka jelaslah bahwa taubatnya tidak benar.
Jika dosa berkaitan dengan hak anak Adam (sesama manusia), maka ada satu hal lagi yang harus dilakukan, yaitu minta maaf kepada orang yang dizalimi, seperti minta diikhlaskan, mengembalikan atau mengganti suatu barang yang telah dirusak atau dicuri dan sebagainya. Namun jika dosa itu berkaitan dengan ghibah (menggunjing), qadzaf (menuduh telah berzina) atau yang semisalnya, apabila yang bersangkutan belum mengetahuinya (bahwa dia telah dighibah atau dituduh), maka cukuplah bagi orang telah melakukannya untuk bertaubat kepada Allah, mengungkapkan kebaikan-kebaikan orang yang telah digunjing atau dituduh tadi serta senantiasa mendo’akan kebaikan dan memintakan ampun untuknya. Jika orang yang meng-ghibah atau meng-qadzaf diharuskan untuk berterus terang kepada yang di-ghibah atau di-qadzaf dikhawatirkan justru akan menimbulkan peselisihan dan perpecahan.
Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Allah bukakan pintu taubat baginya. Sehingga hamba-Nya benar-benar menyesali kesalahannya, merasa hina dan rendah serta sangat membutuhkan ampunan Allah. Sementara keburukan yang pernah dilakukan di masa lalu merupakan rahmat dari Allah bagi hamba-Nya yang bertaubat. Dalam hal ini syaitan yang merupakan musuh nyata bagi hamba yang beriman merasa iri dan berkata : “Duhai, seandainya aku dahulu membiarkannya. Andai dulu aku tidak menjerumuskannya kedalam dosa sampai ia bertaubat dan mendapatkan rahmat Allah.”
Artinya : “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222).
Artinya : “Dan bertaubatlah kepada Allah wahai semua orang yang beriman, supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31).
Artinya : “Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah suatu generasi yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, niscaya mereka itu akan dilemparkan ke dalam kebinasaan. Kecuali orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang akan masuk ke dalam surga dan mereka tidaklah dianiaya barang sedikit pun.” (QS. Maryam: 59 - 60).
Artinya : “Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha mengampuni berbagai kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25)
Allah ta’ala juga berfirman :
Artinya : “Dan barang siapa yang bertaubat dan beramal saleh maka sesungguhnya Allah akan menerima taubatnya.” (QS. Al Furqaan: 71) artinya taubatnya diterima.
Artinya : “Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa kemudian bertaubat sesudahnya dan beriman maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengampun dan Penyayang.” (QS. Al A’raaf : 153).
Artinya : “Dan barang siapa yang melakukan dosa-dosa itu niscaya dia akan menemui pembalasannya. Akan dilipatgandakan siksa mereka pada hari kiamat dan mereka akan kekal di dalamnya dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang digantikan oleh Allah keburukan-keburukan mereka menjadi berbagai kebaikan. Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS. Al Furqaan: 68 -70)
Jika dosa berkaitan dengan hak anak Adam (sesama manusia), maka ada satu hal lagi yang harus dilakukan, yaitu minta maaf kepada orang yang dizalimi, seperti minta diikhlaskan, mengembalikan atau mengganti suatu barang yang telah dirusak atau dicuri dan sebagainya. Namun jika dosa itu berkaitan dengan ghibah (menggunjing), qadzaf (menuduh telah berzina) atau yang semisalnya, apabila yang bersangkutan belum mengetahuinya (bahwa dia telah dighibah atau dituduh), maka cukuplah bagi orang telah melakukannya untuk bertaubat kepada Allah, mengungkapkan kebaikan-kebaikan orang yang telah digunjing atau dituduh tadi serta senantiasa mendo’akan kebaikan dan memintakan ampun untuknya. Jika orang yang meng-ghibah atau meng-qadzaf diharuskan untuk berterus terang kepada yang di-ghibah atau di-qadzaf dikhawatirkan justru akan menimbulkan peselisihan dan perpecahan.
Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Allah bukakan pintu taubat baginya. Sehingga hamba-Nya benar-benar menyesali kesalahannya, merasa hina dan rendah serta sangat membutuhkan ampunan Allah. Sementara keburukan yang pernah dilakukan di masa lalu merupakan rahmat dari Allah bagi hamba-Nya yang bertaubat. Dalam hal ini syaitan yang merupakan musuh nyata bagi hamba yang beriman merasa iri dan berkata : “Duhai, seandainya aku dahulu membiarkannya. Andai dulu aku tidak menjerumuskannya kedalam dosa sampai ia bertaubat dan mendapatkan rahmat Allah.”
Dalam sebuah
riwayat diterangkan bahwa seorang salaf berkata : “Sesungguhnya seorang
hamba bisa jadi berbuat suatu dosa, tetapi dosa tersebut menyebabkannya masuk
surga.” Orang-orang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Dia
menjawab, “Dia berbuat suatu dosa, lalu dosa itu senantiasa terpampang di
hadapannya. Dia khawatir, takut, menangis, menyesal dan merasa malu kepada
Robbnya, menundukkan kepala di hadapan-Nya dengan hati yang khusyu’. Maka dosa
tersebut menjadi sebab kebahagiaan dan keberuntungan orang itu, sehingga dosa
tersebut lebih bermanfaat baginya daripada ketaatan yang banyak.”
C. KEPENTINGAN DAN KEUTAMAAN TAUBAT
Pentingnya taubat adalah sebagai sarana untuk memohon ampun kepada Allah atas segala perintah-Nya yang tidak dikerjakan serta segala larangan-Nya yang dilakukan. Dalam hal ini adanya nadam (penyesalan) mendalam yang muncul dari diri seseorang, sehingga ia kembali ke jalan yang benar serta diredhai Allah Swt. dan mengerjakan kembali apa yang diperintahkan Allah serta manjauhkan diri dari semua yang dilarang oleh Allah Swt.
Pentingnya taubat adalah sebagai sarana untuk memohon ampun kepada Allah atas segala perintah-Nya yang tidak dikerjakan serta segala larangan-Nya yang dilakukan. Dalam hal ini adanya nadam (penyesalan) mendalam yang muncul dari diri seseorang, sehingga ia kembali ke jalan yang benar serta diredhai Allah Swt. dan mengerjakan kembali apa yang diperintahkan Allah serta manjauhkan diri dari semua yang dilarang oleh Allah Swt.
Orang yang bertaubat akan berusaha dan bahkan berjanji kepada diri sendiri dan kepada Tuhan-nya, bahwa ia tidak akan mengulangi kembali perbuatan dosa dan kesalahan yang telah dilakukannya di masa lalu. Seandainya seseorang belum bertaubat dan tidak mau bertaubat tentu akan selalu menambah dosanya, baik yang berhubungan dengan Allah maupun sesama manusia.
Adapun kepentingan dan keutamaan bertaubat itu adalah :
1. Dengan taubat seseorang akan meraih
kecintaan Allah ‘azza wa jalla. Sebagai mana Firman Allah :
إِنَّ اللّهَ
يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya : “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222).
2. Dengan taubat seseorang akan dilapangkan rezki dan dimudahkan segala urusannya oleh Allah. Dengan demikian orang yang bertaubat beroleh keberuntungan. Allah Swt. berfirman :
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya : “Dan bertaubatlah kepada Allah wahai semua orang yang beriman, supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31).
3. Dengan taubat seseorang akan disucikan hatinya dari segala dosa-dosa. Dengan demikian seseorang akan beroleh surga
dan selamat dari siksa neraka. Sebagai mana Firman Allah ta’ala :
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا
الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيّاً إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً
فَأُوْلَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئاً
Artinya : “Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah suatu generasi yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, niscaya mereka itu akan dilemparkan ke dalam kebinasaan. Kecuali orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang akan masuk ke dalam surga dan mereka tidaklah dianiaya barang sedikit pun.” (QS. Maryam: 59 - 60).
4. Taubat
menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas
kesalahan-kesalahannya. Allah ta’ala
berfirman :
وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو
عَنِ السَّيِّئَاتِ
Artinya : “Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha mengampuni berbagai kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25)
Allah ta’ala juga berfirman :
وَمَن تَابَ وَعَمِلَ صَالِحاً فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ
مَتَاباً
Artinya : “Dan barang siapa yang bertaubat dan beramal saleh maka sesungguhnya Allah akan menerima taubatnya.” (QS. Al Furqaan: 71) artinya taubatnya diterima.
5. Dengan taubat seseorang akan mendapatkan ampunan dan rahmat. Allah ta’ala
berfirman :
وَالَّذِينَ عَمِلُواْ السَّيِّئَاتِ ثُمَّ تَابُواْ مِن
بَعْدِهَا وَآمَنُواْ إِنَّ رَبَّكَ مِن بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
Artinya : “Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa kemudian bertaubat sesudahnya dan beriman maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengampun dan Penyayang.” (QS. Al A’raaf : 153).
6. Dengan taubat berbagai kejelekan seseorang akan
diganti dengan berbagai kebaikan. Allah ta’ala berfirman :
وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَاماً يُضَاعَفْ لَهُ
الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَاناً إِلَّا مَن تَابَ
وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً صَالِحاً فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ
حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
Artinya : “Dan barang siapa yang melakukan dosa-dosa itu niscaya dia akan menemui pembalasannya. Akan dilipatgandakan siksa mereka pada hari kiamat dan mereka akan kekal di dalamnya dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang digantikan oleh Allah keburukan-keburukan mereka menjadi berbagai kebaikan. Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS. Al Furqaan: 68 -70)
Untuk membersihkan diri dari noda hitam yang ada di hati dilakukan dengan memperbanyak berbuat kebaikan, karena dengan itu bisa menghapus dosa-dosa yang telah dilakukan di masa lalu. Dalam berbuata kebaikan itu harus didasari dengan hati yang ikhlas, hanya semata karena mencari keridhaan Allah Swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar