Sabtu, 12 November 2011

Akhlak Berhias

1. Pengertian Alkhak Berhias
Menurut bahasa kata "berhias" dalam Bahasa Arab disebut dengan kata-kata : tazaiyana-yatazaiyanu, sementara dalam Kamus Besar Indonesia "berhias" adalah "usaha memperelok diri dengan pakaian ataupun lainnya yang indah-indah, berdandan dengan dandanan yang indah dan menarik".

Sedangkan menurut istilah BERHIAS adalah “upaya untuk memperindah diri dengan berbagai busana, asesoris ataupun zat-zat (make up) yang dapat memperelok penampilan, sehingga menimbulkan kesan indah bagi yang melihat serta menambah rasa percaya diri bagi pemakainya untuk tujuan tertentu”. 
Hal ini sesuai dengan anjuran Rasulullah Saw. dengan sabdanya : “Allah itu indah, suka pada keindahan” (HR.Muslim).
Berdasarkan hadits di atas, maka pada hakikatnya berhias adalah merupakan akhlak terpuji. Hukumnya boleh, bahkan dianjurkan.

2. Bentuk Akhlak Berhias


Dalam berhias, Islam telah menetapkan rambu-rambu sebagai berikut :
  1. Niat berhias hanya untuk beribadah, sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat Allah.
  2. Tidak memakai bahan-bahan yang dilarang agama untuk dipergunakan.
  3. Tidak berhiasan dengan menggunakan simbol-simbol non-muslim.
  4. Tidak berlebihan (diluar kepatutan).
  5. Tidak berhias seperti kaum Jahiliyah dan orang-orang non-muslim.
  6. Berhias menurut kelaziman dan kepatutan, sesuai dengan jenis kelamin.
  7. Tidak bertujuan untuk berfoya-foya dan mengandung unsur ria.
Batasan-batasan dalam berhias di atas ditegaskan oleh Allah dalam Firman-Nya sebagai berikut :
...وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى... 

Artinya : "...Dan janganlah kamu berhias (bertingkah laku) seperti orang-orang Jahiliyah dahulu..." (al-Ahzab : 33).


Batasan dan larangan dalam ayat di atas secara khusus ditujukan kepada kaum wanita, agar tidak berpenampilan (tabarruj) ala Jahiliyah zaman Nabi Saw. agar kaum wanita terpelihara dari segala bentuk bencana dan terjebak ke dalam perangkap setan, sebab naluri manusia sering berubah menjadi hawa nafsu liar bila wanita berhias sembrono dan tidak memperhatikan kaedah-kaedah agama.



3. Nilai Positif Akhlak Berhias


Berhias dengan memperhatikan rambu-rambu dan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Islam, akan menegaskan jati diri si pemakai sebagai seorang mukmin atau muslim, sebab penampilan menunjukan kepribadian seseorang. Muslim sejati akan selalu konsisten dengan syari'at Islam, termasuk dalam berhias.



Manfaat lain yang ditimbulkan berhias ala Islami, seseorang akan merasa nyaman, aman dan tidak menimbulkan rasa ujub dan angkuh. Karena berdandan dengan keangkuhan akan menimbulkan sikap riya' dan merupakan perangkap setan yang harus dihindari. Di samping itu berhias secara Islami akan menimbulkan pengaruh positif terhadap berbagai aspek kehidupan, sebab berhias dilakukan dengan niat untuk beribadah. Dengan demikian segala kegiatan berhias yang dilakukan oleh seorang muslim akan memperoleh berkah dan pahala dari Allah Swt.



Sebaliknya jika berhias dengan tidak mempedulikan ketentuan agama, maka segala aktivitas yang dilakukan dalam berdandan akan memicu perbuatan maksiat, kemungkaran dan bahkan akan menjadi penyebab terjerumus ke dalam perangkap setan, yang menyesatkan dan akan membahayakan si pemakai. Hal ini dapat kita telusuri dalam kisah nenek moyang manusia, di mana Adam dan Hawa masuk dalam perangkap yang diciptakan setan untuk memperdaya keduanya dengan hal-hal yang sepintas lalu menyenangkan, namun kejadian itulah yang menyebabkan Adam dan Hawa dihukum dengan diturunkan ke bumi, sebagaimana Firman Allah :



فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِن سَوْءَاتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَـذِهِ الشَّجَرَةِ إِلاَّ أَن تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ 



Artinya : Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup. Dan (setan) berkata, “Tuhan-mu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga).”



Dari peristiwa Adam dan Hawa di atas dapat kita ambil beberapa pelajaran, antara lain :

  1. Membuka aurat adalah merupakan bujukan setan yang selalu hadir dalam setiap aktivitas manusia.
  2. Masuk dalam jebakan perangkap setan akan menurunkan derajat manusia, sebagaimana Adam dan Hawa dengan diusir dai sorga telah menurunkan derajat mereka berdua.
Demikianlah perangkap setan, siapapun yang terjebak ke dalamnya akan mengalami hal-hal yang akan menurunkan derajatnya.


4. Membiasakan Akhlak Berhias


Sebagaimana telah disinggung juga di atas, berhias merupakan kebutuhan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan itu manusia bebas memilih corak ataupun mode berhias sesuai dengan selera dan tuntutan status sosial, momentum serta perkembangan zaman. Namun walaupun merupakan kebebasan Islam telah menetapkan aturan-aturan untuk berhias.


Islam memerintahkan untuk berhias dengan baik, bagus dan indah sesuai dengan kemampuan masing-masing, memenuhi hajat dan tujuan berhias, yaitu memperelok penampilan dengan dandanan yang rapi dan indah, terutama dalam melakukan ibadah, seperti shalat dan haji. Dalam beribadah seharusnya perhiasan yang dipakai bersih, indah dan baik, namun tidak berarti mewah, sebab mewah termasuk kategori berlebihan. Hal ini sesuai dengan Firman Allah :


يَا بَنِي آدَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Artinya :
"Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak Menyukai orang yang berlebih- lebihan". (al-A'raf : 31)


Berdasarkan ayat di atas dapat kita pahami bahwa, Islam menganjurkan manusia untuk hidup secara wajar dan sederhana. Berpakaian secara wajar dan lazim, tidak kurang dan tidak pula berlebihan, tidak berlaku sombong dengan apa yang dipakai dan tetap bersahaja serta konsisten dengan ajaran Islam.




(Materi Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI)
Dikuip dari berbagai sumber.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar