A. TOKOH PENDIRI DAN PERKEMBANGANNYA
Maulawiyah berasal dari kata “Maulana” artinya “guru kami” gelar yang diberikan murid-murid kepada seorang “sufi penyair Persia terbesar sepanjang masa” yang memiliki nama asli Jalal Al-Din Muhammad, yang kemudian lebih dikenal dengan Maulana Jalal al-Din Rumi atau Rumi (w. 1273 M). Dengan demikian Tarekat Maulawiyah adalah tarekat yang didirikan oleh Maulawi Jalaluddin Ar-Rumi, 15 tahun sebelum beliau meninggal di Anatolia, Turki.
Maulana Jalal al-Din Rumi lahir di kota Balkh (Afganistan) pada tanggal 6 Robi'al Awwal atau 30 September 1207, dari pihak ayah dia keturunan khalifah Abu Bakar Shiddiq. Sedangkan dari pihak ibu keturunan Ali bin Abi Thalib. Dalam usia 12 tahun ia bersama keluarganya diam-diam meninggalkan kampung halaman untuk melaksanakan ibadah haji dan tidak kembali karena ayah Rumi, Baha'al-Din Walad telah mendengar tentang invasi Mongol ke kota Balkh.
Kota pertama yang dikunjungi adalah Nisyapur dan di sini Rumi bertemu dengan Farid al-Din Aththar seorang sufi penyair terkenal yang menyerahkan salinan bukunya yang berjudul Asrar Nameh (Buku tentang rahasia) kepada Rumi. Dari Nisyapur keluarga Rumi terus ke Baghdad di mana mereka mendengar berita penyergapan kota Balkh oleh Jengis Khan. Pada tahun 1220 Baha'al-Din Walad berangkat menuju kota Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Kemudian diteruskan ke Damaskus, Siria, dan Malatia (Melitene). Dari Meletine mereka menuju ke Armenia, kemudian ke Zaranda sebelah tenggara Konya. Di sini Rumi menikah dengan Jawhar Khatun putri Lala Syarif al-Din pada usia 18 tahun. Pada tahun 1228 ia dan keluarganya pindah ke Konya setelah dapat undangan dari sultan 'Ala al-Din Kayqabad. Di sini Baha'al-Din Walad sangat dihormati oleh sultan dan menjadi pembimbing spiritualnya. Bahkan sang penguasa memberinya gelar kehormatan "Sultan al-ulama (rajanya para ulama)". Baha'al-Din Walad, sang guru dan da'i kondang ini memperoleh ketenaran dan posisi terhormat hingga wafat pada tahun 1230.
Setelah ayahnya meninggal, Rumi mengambil posisi ayahnya sebagai penasehat para ulama konya dan murid-murid ayahnya. Dan kurang lebih satu tahun dari kematian ayahnya, atas anjuran gurunya Burhan al-Din Rumi meneruskan pendidikannya di Aleppo dan mengunjungi beberapa madrasah yang dibangun oleh al- Malik al-Zhahir. Dari sini ia pindah ke Damaskus dan mempunyai kesempatan emas untuk bercakap dengan tokoh-tokoh besar, seperti Muhy al-Din bin 'Arabi, Sa'ad al-Din Al-Hamawi, Utsman Al-Rumi, Awhad al-Din bin Arabi, dan Shadr al-Din al-Qunyawi. Pada tahun 1236 M Rumi kembali ke Konya dan menyibukkan diri dengan menuntut ilmu dan memberikan bimbingan spiritual sampai gurunya meninggal dunia pada tahun 1241 M.
Selama bertahun-tahun Rumi menikmati popularitasnya yang tinggi dan menempati posisi yang sangat dihormati sebagai seorang pemimpin. Tetapi pada tahun 1244 seorang Darwisy misterius, Syams al-Din Tabrizi datang ke Konya dan menjumpai Rumi. Perjumpaan ini telah mengubah Rumi dari seorang Teolog terkemuka menjadi seorang penyair mistik yang sangat terkenal. Karena kuatnya pesona kepribadian Syams, Rumi lebih memilih meninggalkan kegiatannya sebagai guru dan da'i profesional untuk mengabdikan diri kepada Syams yang kini menjadi guru spiritualnya, dan untuk memperkuat ikatannya untuk beberapa waktu mereka tidak pernah terpisah. Tetapi keadaan ini membuat murid-murid Rumi marah dan cemburu karena tidak mendapat bimbingan spiritual akibatnya mereka menyerang Syams dengan kekerasan dan ancaman, sehingga ia meninggalkan Rumi menuju Damaskus.
Perpisahan ini dirasa menyakitkan oleh Rumi dan menghunjam perasaan begitu mendalam.. karena itu ia mengutus anaknya sultan Walad untuk memohon Syams agar kembali ke Konya. Rumi bahagia bisa jumpa lagi dengan sang guru, sehingga apa yang dulu terjadi terulang kembali. Hal ini membuat murid-murid Rumi menjadi semakin marah karena cemburu dan benci, akibatnya sekali lagi Syams diserang dengan lebih hebat lagi dari sebelumnya. Situasi ini mendorong syams untuk mencari perlindungan ke Damaskus. Kemudian Rumi menyusul dan mencarinya sendiri ke Damaskus tetapi itu tidak berhasildan kembali ke Konya dengan tangan hampa.
Sebagai tanda cintanya kepada Tabrizi, Rumi menulis kumpulan puisi yang kemudian dikenal dengan Divan-e Shams-e Tabrizi. Puisi itu adalah :
Kenapa aku harus mencari?
Aku sama dengannya
Jiwanya berbicara kepadaku
Yang kucari adalah diriku sendiri!
Sepuluh tahun setelah kematian Tabrizi, Rumi kemudian mengubah ghazal (puisi cinta) dan dikumpulkannya dalam Divan-e Kabir atau Diwan Agung.
Aku sama dengannya
Jiwanya berbicara kepadaku
Yang kucari adalah diriku sendiri!
Sepuluh tahun setelah kematian Tabrizi, Rumi kemudian mengubah ghazal (puisi cinta) dan dikumpulkannya dalam Divan-e Kabir atau Diwan Agung.
Konsep cinta dan keindahan membuat ajaran Rumi berbeda dengan aliran tarekat lain. Sementara sejumlah tarekat saat itu lebih banyak berkonsentrasi untuk menyempurnakan diri menuju insan kamil lewat ibadah, wirid, atau menyodorkan faham ketauhidan baru. Penyatuan diri dengan Tuhan (wihdatul wujud) yang berkembang berabad-abad sebelum Rumi di Bagdad adalah salah satu cara pencapaian menuju Tuhan yang tidak dipilih Rumi.
Sebagai seorang hakim yang paham syariat, Rumi tidak memasukkan dirinya dalam ritual yang kontroversial. Dan sebagai seorang seniman, ia memiliki cara sendiri dalam mencapai kesempurnaan dalam beragama tanpa harus menjadi ekstrem. Ia memanfaatkan puisi, musik dari seruling dan gitar [rebab] untuk mengiringi dzikir. Cara ini kemudian dikenal dengan sema’ yang berarti mendengar. Dengan arti yang sedikit berbeda, pesantren-pesantren di Jawa memiliki ritual bernama semaan.
Setelah kembali ke Konya, Rumi mendirikan Tarekatnya sendiri, kira-kira 15 tahun setelah itu kesehatan Rumi menurun dan tak lama kemudian ia sakit. Akhirnya pada hari minggu tanggal 16 Desember 1273 mawlana Rumi menghembuskan nafasnya yang terakhir di kota Konya. Rumi meninggal dan dikubur dalam Kubah Hijau (Qubat-ul-Azra’) yang bertuliskan “Saat kami meninggal, jangan cari kuburan kami di tanah, tapi carilah di hati manusia.” Namun ritual sema’ itu tak ikut mati. Para pengikutnya, terutama anaknya, Sultan Veled Celebi, melembagakan ajaran itu dalam tarekat bernama Maulawiyah atau Mevleviye.
Dalam perkembangannya, aliran sufi ini mampu menarik perhatian para petinggi di Kesultanan Ottoman. Bahkan di masa inilah Maulawiyah mampu menghasilan sejumlah penyair dan musisi legendaris seperti Sheikh Ghalib, Ismail Ankaravi yang berasal dari Ankara, dan Abdullah Sari. Bahkan ada yang mengatakan masuknya nay atau seruling ke dalam peradaban Eropa adalah berkat merambahnya aliran Maulawiyah ke daerah “jajahan” Ottoman di Eropa.
Dengan aliran inilah ajaran cinta Rumi tersebar ke seluruh dunia. Manusia diciptakan dengan cinta untuk cinta. “Semua cinta adalah jembatan menuju Sang Maha Kasih. Karenanya, yang tak pernah merasakan cinta, tak akan pernah mengetahuinya,” kata Rumi.
Wajah Islam yang sejuk dan indah telah lama menyentuh Amerika. Pengenalan itu dibawa para sufi antara lain ulama dan ahli musik India, Hazrat Inayat Khan pada 1910. Sejak itu benih tasawuf bersemi di bumi Amerika. Salah satu ordo yang berkembang pesat adalah Tarekat Maulawiyah. Bermarkas di Amerika Utara, tarekat ini dipimpin Shaikh Kabir Helminski. Bersama Camille Helminski, isterinya, keduanya membentuk organisasi dalam pengajaran spiritual The Treshold Society yang menyedot perhatian ratusan ribu orang. Kabir ditunjuk menjadi shaikh (mursyid) oleh almarhum Dr. Celaleddin Celebi dari Turki, pemimpin Tarekat Maulawiyah dan penerus generasi ke-21 dari Jalaluddin Rumi, pendiri tarekat itu.
Kabir menulis sejumlah buku tasawuf dan menerjemahkan beberapa karya Rumi. Dia orang muslim pertama yang diminta memberikan kuliah tentang spiritualitas di Harvard Divinity School. November lalu, mestinya Kabir berkunjung ke Jakarta untuk berceramah, namun acara itu batal. Akhir Ramadan lalu, wartawan TEMPO Kelik M. Nugroho mewawancarai Kabir melalui surat elektronik. Kutipannya: Apakah Threshold Society itu? The Threshold Society (Masyarakat Ambang Pintu) adalah sebuah yayasan nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan untuk pengembangan spiritual dengan tradisi tarekat Maulawiyah. Tujuannya, dalam pengertian luas untuk mengajarkan prinsip-prinsip pencapaian pengalaman spiritual. Pelatihan ini terbuka untuk semua orang tanpa membedakan agama dan kepercayaan yang dianut.
Ajarannya bersumber dari prinsip kerohanian yang termaktub dalam Alquran, khususnya seperti yang dianut para sufi besar semacam Bahauddin Naqshaband, Muhyiddin Ibn Arabi, dan yang terpenting bagi kami, Jalaluddin Rumi. Ketika kemanusiaan digerus oleh benturan berbagai kebudayaan, krisis ekologi, dan perubahan sosial yang sangat cepat, kami ingin mempromosikan kebenaran cinta dan pengetahuan Yang Mahakuasa melalui pengalaman langsung dan personal.
Untuk mencapai tujuan ini, kami mengungkapkan dan berbagi prinsip-prinsip inti dalam pengembangan spiritual, mengakui dan mengembangkan kemitraan yang sejati antara laki-laki dan perempuan, mengakui kemenyatuan dan kesalingtergantungan semua manusia dan semua makhluk hidup, dan membantu merealisasikanya dalam hidup yang harmonis sesama makhluk dan lingkungan alam. Cara lain yang juga kami tempuh, kami mengembangkan eskpresi yang kontemporer dari tradisi tasawuf yang klasik. Menciptakan format yang memungkinkan individu-individu dan kelompok-kelompok untuk menjadi matang dalam tradisi ini dan mencecap kenikmatan tasawuf, dan akhirnya, memberikan sumbangan nyata bagi kebudayaan melalui seni, musik, dan sastra.
The Threshold Society memiliki ratusan anggota aktif dan ratusan ribu orang di dunia yang pernah tersentuh oleh program dan publikasinya. Hingga tiga tahun yang lalu, penerbit Threshold adalah salah satu penerbit terkemuka di Barat untuk tema tasawuf. Namun belakangan kami memutuskan—agar lebih efektif—untuk memberikan lisensi buku-buku kami ke penerbit-penerbit besar dan memusatkan usaha kami pada pengajaran dan penulisan.
Manusia, termasuk orang Amerika, memiliki kebutuhan untuk bermasyarakat, khususnya masyarakat yang berbagi nilai-nilai spiritual. Nilai-nilai sufistik sangat penting untuk memperbaiki perilaku masyarakat. Adab (akhlak, Red.) ditekankan secara khusus dalam tradisi Mawlawiyah. Bagian penting dari pendidikan spiritual adalah mengembangkan kapasitas masyarakat untuk kemitraan. Dan komunitas pecinta Tuhan (Threshold, Red.) adalah wahana untuk mengembangkan kapasitas ini.
Threshold telah mensponsori empat tur Darwis Berpusar dari Turki ke Amerika Utara (darwis adalah sebutan lain untuk sufi, Red.). Itu karena banyak orang yang membutuhkannya, dan kami menanggapinya. Tarekat Mawlawiyah mempunyai upacara yang indah, yang disebut Sama', yang terdiri dari ekspresi ibadah dan dalam waktu yang sama mencakup sebuah tradisi upacara dan musik spiritual. Ketika kami berkeliling ke kota-kota besar Amerika Utara, upacara ini menjadi salah satu peristiwa kebudayaan yang paling populer di musim itu. Banyak pengamat yang memuji getaran spiritualitas yang dirasakan setelah menyaksikan upacara itu. Tentu kami juga mempunyai orang-orang Amerika yang terampil dalam menyajikan upacara Sema. Suatu kali kami diundang ke acara pertemuan antar-iman di Katedral Nasional Washington, tempat ibadat Presiden Amerika Serikat. Ada sekitar 2.000 orang non-muslim yang ikut menyenandungkan zikir dan menyimak la ilaaha illallah begitu sejumlah darwis Mawlawiyah Amerika berpusar di panggung. Salah satu uskup Washington mengatakan bahwa pandangannya tentang spiritualitas semakin kaya malam itu!
Rumi adalah figur manusia universal. Ia ibarat sebuah gerbang raksasa bagi kemanusiaan. Ratusan ribu orang membaca puisinya yang menyentuh. Dia memiliki obat untuk menyembuhkan luka-luka budaya Barat, dan untuk kemanusiaan itu sendiri. Inti kebenaran yang disampaikan Rumi, baik melalui tulisan atau percakapan, adalah kemaha kasih, Maha pemurah, dan kemaha indahan Tuhan.
Pendekatan spiritual dari tarekat Mawlawiyah itu lebih artistik dan kreatif daripada formalistik. Dalam kata lain, kami menyentuh masyarakat melalui Keindahan dan Kehalusan Tuhan. Ketika orang-orang jatuh cinta pada Tuhan, mereka pasti akan berkembang dari sisi intelektual dan moral. Namun kami memusatkan perhatian pada transformasi jiwa dan kondisi batin yang penuh syukur dan zikir pada Tuhan.
B. CIRI UTAMA TAREKAT MAULAWIYAH
Yang membuat tarekat ini beda adalah dakwah dengan cara menggunakan tarian-tarian yang disebut sama’ dalam bentuk tarian berputar, dan telah menjadi ciri khas dasar bagi tarekatnya. Akibatnya, tarekat Rumi di Barat dikenal sebagai The Whirling Darvish (Para Darwisy yang Berputar). Tarian suci ini dimainkan oleh para Darwish (fuqara’) dalam pertemuan-pertemuan (majlis) sebagai dukungan eksternal terhadap upacara-upacara (ritual mereka).
Sama’ dilembagakan Rumi pertama kali setelah hilangnya gurunya yang sangat dicintai, Syams al-Din Tabrizi. Sejak saat itu Rumi menjadi sangat sensitif terhadap musik, sehingga tempaan palu dari seorang pandai besi saja cukup untuk membuatnya menari dan berpuisi.
Bagian-bagian/tahap-tahap dalam sama’ terdiri dari dua bagian. Bagian pertama terdiri dari Naat (sebuah puisi yang memuji Nabi Muhammad), improvisasi ney (seruling) atau taksim dan “Lingkaran Sultan Walad”. Bagian kedua terdiri dari empat salam, musik instrumental akhir, pembacaan ayat-ayat suci al-Quran, dan doa. Inilah rinciannya :
a. Bagian pertama
- Naat, Semacam musik religius. Naat dalam dalam musik maulawi disusun oleh Buhuriz Musthafa' Itri (1640-1712), tetapi puisinya adalah puisi Rumi.
- Taksim. Taksim adalah sebuah improvisasi terhadap setiap makam atau mode, yaitu konsep penciptaan musik yang menentukan hubungan-hubungan nada, nada awal yang memiliki kontor dan pola-pola musik. Bagian ini merupakan bagian yang sangat kreatif dari upacara Maulawi.
- Lingkaran/putaran sultan Walad, ini disumbangkan kepada upacara oleh putra sulung mawlana, sultan Walad. Selama putaran ini para darwisy yang ikut bagian dalam putaran tari berjalan mengelilingi sang samahane (ruang upacara) tiga kali dan menyapa satu sama laindi depan pos (lokasi tempat pemimpin tekke atau pemimpin upacara berdiri). Dengan cara ini mereka menyampaikan "rahasia" dari yang satu kepada yang lain.
- Salam pertama,melodi biasanya panjang, irama yang digunakan biasanya disebut "putaran berjalan" (Devr-i Revan). Bitnya adalah 14/8.
- Salam kedua, pola irama dari salam ini disebut "Evfer" dan terdiri dari 9/8 bit.
- Salam ketiga, dibagi kedalam dua bagian yang meliputi melodi dan irama. Bagian pertama disebut "putaran"(The cyicle) bitnya 28/4. bagian kedua disebut "Yoruk semai" bitnya 6/8.
- Salam keempat, pola irama ini juga "Efver"(9/8), yakni irama lambat dan panjang untuk menurunkan elastasi sehingga sang darwisy bisa konsentrasi kembali. Tiap-tiap salam dihubungkan melalui nyanyian. Padsa bagian pertama dan kedua seleksi diambil dari Divan-i Syams atau mastnawi, pada bagian ketiga puisi mawlawi lain dinyanyikan.
c. Musik Instrumental
Dengan berakhirnya salam keempat berarti bagian oral selesai "yuruk semai" kedua dalam pola-pola 6/8 adalah akhir dari upacara. Setelah seleksi instrumental ini ada taksim seruling. Kadang-kadang musik ini dapat dimainkan melalui alat musik petik (senar).
d. Membaca Al-Qur'an atau Doa
Setelah musik selesai, seorang hafizh di antara para penyanyi membaca ayat-ayat al-qur'an. Sama' terus berlangsung sampai bacaan al-Qur'an dimulai. Ketika hafizh mulai bacaan Qur'annya para penari tiba-tiba berhenti dan mundur ke pinggir ruangan dan duduk. Setelah ia selesai pimpinan sama' berdiri dan mulai berdoa di depan sang syaikh, doa ini biasanya ditujukan untuk kesehatan dan hidup sang sultan atau para penguasa negara.
C. AJARAN TAREKAT MAULAWIYAH
Adapun ajaran-ajaran Rumi, pada dasarnya dapat dirangkum dalam trilogi metafisik, yaitu Tuhan, Alam dan Manusia.
- Ajaran Maulana Rumi tentang TuhanPada gilirannya telah dikembangkan dari pernyataan Al-Quran sendiri yang menyatakan bahwa Tuhan adalah “Yang Awal, Yang Akhir, Yang Lahir, Yang Batin”. Tuhan “Yang Awal” bagi Rumi, berarti bahwa Ia adalah sumber yang dari-Nya segala sesuatu berasal. Semua manusia yang tinggal di bumi ini berasal dari Tuhan, walaupun kini ia telah melakukan perjalanan atau pengembaraannya yang jauh. Begitu jauhnya mereka mengembara, sehingga banyak diantara manusia yang melupakan Tuhannya.Beralih kepada Tuhan sebagai “Yang Akhir”. Ini diartikan sebagai tempat kembali segala yang ada di dunia ini. Rumi juga termasuk sufi yang memandang Tuhan sebagai keindahan. Sebuah hadist mengatakan bahwa Tuhan itu Maha Indah, dan mencintai keindahan. Tentu saja sebagai yang Maha Indah, Tuhan adalah tujuan dari semua jiwa yang mencinta.
Tuhan sebagai “Yang Lahir”, bagi Rumi dunia yang lahir adalah fenomena, yang menyimpan didalamnya realitas yang sejati. Dengan demikian dunia lahir adalah petunjuk bagi adanya yang batin. Bagi Rumi tak mungkin ada yang lahir tanpa ada yang batin. Jadi sekalipun yang lahir, sepintas lalu berbeda dengan yang batin, tetapi yang lahir merupakan jalan menuju realitas yang tersembunyi di dalamnya.
Dengan demikian, Tuhan sebagai “Yang Batin”, adalah realitas yang lebih mendasar, sekalipun untuk dapat memahaminya kita memerlukan mata lain yang lebih peka. Jadi tidak semua orang dapat melihat kecantikan Tuhan yang tersembunyi di balik fenomena alam. Kebanyakan kita adalah pemerhati fenomena dank arena itu tidak bisa melihat keindahan batin yang tersembunyi di balik fenomena lahiriah alam. - Konsep Rumi tentang alam semesta
Bahwa motif penciptaan alam oleh Tuhan adalah cinta. Cintalah yang telah mendorong Tuhan mencipta alam, sehingga cinta Tuhan merembas,sebagai napas Rahmani, kepada seluruh partikel alam, dan menghidupkannya, sehingga berbalik mencintai sang penciptanya. Bagi Rumi alam bukanlah benda mati, tetapi hidup, berkembang bahkan memiliki kecerdasan, sehingga mampu mencintai dan dicintai, berkat sentuhan cinta Tuhan, maka ia menjadi makhluk yang hidup, bergerak penuh energy kearah Tuhan sebagai yang Maha baik dan Sempurna dan cintailah alam, niscaya alampun akan memberikan yang terbaik. Bagi Mawlana, alam bukanlah makhluk mati tetapi hidup, berkembang bahkan memiliki kecerdasan sehingga mampu mencintai dan dicintai. Dalam salah sati syairnya, Rumi pernah menggambarkan hubungan langit dan bumi seperti sepasang suami-istri. - Konsep Rumi tentang manusia.Manusia memiliki posisi yang sangat istimewa baik dengan kaitannya dengan alam maupun dengan Tuhan. Dengan kaitannya dengan alam, Rumi memandang manusia adalah tujuan penciptaan alam yakni sebagai tempat beribadah bagi manusia. Dan dalam kaitannya dengan Tuhan, manusia menempati posisi yang tinggi sebagai wakil-Nya di muka bumi. Ajaran Jalal al-Din Rumi lainnya yang sangat menarik tentang manusia adalah kebebasan memilih bagi manusia. Kebebasan memilih ini sangat penting bagi perkembangan dan aktualitas diri manusia. Manusia terlahir tidak dalam keadaan yang sempurna, melainkan lahir dengan sejuta potensi. Nah manusia perlu memiliki kebebasan memilih untuk mengaktualkan segala potensi yang dimilikinya itu. Dengan kebebasan inilah manusia dapat mencapai titik kesempurnaannya, sebagaiinsan kamil. Tetapi akan kebebasan yang sama pula, manusia memiliki resiko yang besar untuk menjadi makhluk yang terendah, kalau ia menghianati amanatnya, dengan misalnya menyalahgunakan kebebasannya untuk menuruti hawa nafsunya. Selain itu, Manusia juga memiliki kemampuan untuk memahami sesuatu atau dengan kata lain mampu memiliki ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia bertingkat-tingkat sesuai dengan alat yang digunakan untuk tujuan itu. Ada pengetahuan indrawi, pengetahuan yang didasarkan penalaran akal, dan pengetahuan melalui persepsi spiritual (intuisi). Dzikirnya disertai tarian mistik dengan cara keadaan tidak sadar, agar dapat bersatu dengan tuhan. Penganut-penganutnya bersifat pengasih dan tidak mengharapkan kepentingan diri sendiri, serta hidup sederhana menjadi teladan bagi orang lain.
Karya-Karya Tarekat Maulawiyah
Beberapa karya yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan popularitas Tarekat maulawiyah, baik yang ditulis oleh Rumi sendiri, maupun para pengikutnya adalah :
- Karya utama Rumi, yang berjudul Mastnawi al-Ma’nawi, atau Mastnawi Jalal al-Din Rumi. Mastnawi merupakan syair panjang sekitar 25.000 untaian bait bersajak, yang terbagi ke dalam enam kitab. Karya ini menyajikan ajaran-ajaran mistik Rumi dengan indah dan kreatif melalui anekdot, hadist-hadist Nabi, dongeng-dongeng,dan kutipan-kutipan dari al-Qur’an.
- Rumi juga menulis ghazal (puisi cinta) yang lebih dikenal sebagai Divan-i Syams-i Tabriz (Ode mistik Syams Tabriz). Karya memukau ini dipersembahkan kepada guru tercintanya Syams al-Din Tabriz, dan ditulis untuk mengenangnya. Dalam karya ini Rumi mengekspresikan penghormatannya kepada Syams, yang namanya sering dikutip atau diseur diakhir setiap bait. Karya ini berisi 2500 ode mistik. Menurut Nasr karya ini mencakup juga beberapa syair yang paling indah dan kaya dalam bahasa Persia, yang membicarakan fungsi pembimbing spiritual dan hubungan antara guru dan murid.
- Karya prosa yang berjudul Fihi Ma Fihi yang telah diterjemahkan menjadi Discourse of Rumi atau “percakapan Rumi”. Karya prosa ini mencakup ucapan-ucapan Rumi yang ditulis oleh putra-putra sulungnya Sultan Walad.
- Ruba’iyat, yang berisi 1600 kuatern orisinal dan al-Maktubat, berisikan 145 surat yang ditujukan kepada para keluarga raja dan bangsawan di Konya.
- Manaqib al-‘Arifin (legends of sufis), yang yang dikarang oleh seorang murid cucu Rumi, Chelibi Emir ‘Arif, yang bernama Syams al-Din Ahmad Aflaki. Karya ini berisi biografi dan anekdot-anekdot Rumi, dan tokoh-tokoh lain yang terkait dengan beliau dan tarekat Maulawiyah. Oleh karena itu Manaqib al-‘Arifin sangat penting sebagai sumber informasi baik bagi kehidupan Rumi dan keluarganya, maupun bagi perkembangan Tarekat Maulawiyah itu sendiri.
--------------------------------------------------
(Materi Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XII)
Dikutip dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar